Bandung, CyberNews. Ancaman benda luar angkasa yang berpotensi jatuh di wilayah Indonesia sudah mampu dideteksi secara dini menyusul telah diluncurkannya software Track IT 2.0 milik Lapan di Bandung, siang tadi, Selasa (2/11/10). Dengan luas bentang seperdelapan dari putaran bumi, Indonesia menjadi daerah rawan hunjaman benda langit baik yang bersifat alamiah maupun buatan. Keberadaannya apabila terjadi memang membahayakan, belum lagi efek radiasi yang ditimbulkannya.

Adanya sistem tersebut menjadikan sistem peringatan dini, terutama benda jatuhan berskala relatif besar meski telah bergesekan di atmosfir misalnya dapat dilakukan di antaranya berkoordinasi dengan Kemenhan dan BNPB.
Khusus benda buatan, terdapat 12.000 hingga 15.000 sampah antariksa yang bergentayangan di luar angkasa seperti satelit maupun roket pendorong. Kondisi ini perlu diwaspadai termasuk kemungkinan adanya tabrakan satelit.
"Software ini kami kembangkan sendiri sejak tahun lalu, tapi dengan peruntukan cakupan lebih spesifik di wilayah Indonesia," jelas Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfir Lapan, Sri Kaloka Prabotosari.
Dijelaskan alat tersebut akan memberikan peringatan terutama terhadap benda langit yang sudah masuk ke arah bumi pada jarak di bawah 200 km. Alat itu memang akan memetakan ketinggian sekaligus dimensi bendanya lewat melalui garis lintasan. "Kondisi ini harus diwaspadai," imbuhnya.
Lima level kewaspadaan pelacakan berdasarkan warna akan segera menjejaki penurunan sebelum menghunjam bumi sampai di bawah 90 km. Dalam pemantau benda jatuh antariksa kemarin, Track IT 2.0 mampu memetakan kepingan dua bekas satelit dan roket pendorong yakni Navstar 46 berdimensi 50x50 cm dan Ariane 44 L sebesar 6x5 m yang melintas di langit Indonesia.
"Berdasarkan hasil pemantauan Navstar dalam status sudah melewati wilayah kita, sedangkan Ariane berstatus akan melintasi karena masih pada ketinggian 10 ribu km," tandas peneliti Lapan, Abdul Rachman.
(Sumber : suaramerdeka.com)
Categories:
Iptek
,
Produk Dalam Negeri