• Kaos Unik

    Supplier Kaos Polos berbagai jenis, lebih dari 25 warna, bahan cotton combed. Bisa sablon satuan.

  • Aldovarez

    Menerima pesanan berbagai jenis sepatu pria dan wanita. Rapih, bahan berkualitas, dan tahan lama.

  • Jackleat Jacket

    Jacket Leather alias Jaket Kulit, menerima pesanan jaket kulit asli Garut. Kualitas export. Bergaransi.

  • Kita Bikinin

    Mulai dari Kaos, Kemeja, Polo Shirt, Jaket, Sweater, Tas, Celana, Training Pack, Seragam, dll. Berpengalaman.

  • Indo Event

    Informasi event-event di Indonesia. Event formal hingga informal. Segera publikasikan event anda.

Mutiara Bangsa itu Bernama Iwan Tirta

Dalam hal pelestarian budaya tradisional Indonesia, nama Iwan Tirta sudah tak diragukan lagi. Ia berhasil membawa batik khas Indonesia hingga ke mancanegara. Meskipun pendidikan formalnya adalah ilmu hukum yang ia pelajari di School of Oriental and African Studies di London University dan Master of Laws dari Yale University, Amerika Serikat, tapi justru ia menemukan dunianya sebagai desainer yang cinta batik.




Kisah pejalanannya di dunia perbatikan dimulai dari ketika ia mengambil sekolah di Fakultas Hukum di Universitas Indonesia karena memang cita-citanya sedari kecil adalah menjadi diplomat, beliaupun lulus pada tahun 1958. Kemudian Iwan sempat menjadi dosen bidang Hukum Internasional. Untuk memperdalam ilmunya, Iwan lantas menempuh pendidikan ke London di School of Economics and School of Oriental and African Studies. Merasa masih belum cukup, ia kemudian mengambil gelar master ke salah satu universitas terbaik dunia, Yale University di Connecticut, Amerika Serikat. Saat itulah, ia sering mendapat pertanyaan tentang budaya Indonesia yang kemudian membuat Iwan makin tertarik untuk mempelajari budaya dari negerinya sendiri.

Sejak saat itu, demi mengetahui ragam kekayaan budaya Indonesia, ia makin mencintai budaya tanah leluhur. Hal ini diperkuat saat ia menerima beasiswa dari John D Rockefeller III untuk mempelajari tarian keraton Kesunanan Surakarta. Di Surakarta, batik sangatlah tidak asing lagi, bahkan batik menjadi pakaian sehari-hari. Akhirnya Iwan memutuskan mendalami dunia batik dan bertekad mendokumentasi serta melestarikan batik di kota yang tekenal dengan kratonnya tersebut. Hasil penelitiannya ini ia simpulkan dalam buku pertamanya yang bertajuk, Batik, Patterns and Motifs pada tahun 1966.

Keprihatinannya akan budaya batik yang justru makin tergerus oleh mode dari luar, membuat Iwan kemudian bertekad untuk mengenalkan batik ke dunia internasional. Di bawah naungan bendera PT Ramacraft-nya, ia berhasil melebarkan cabang perusahaannya ke beberapa kota, dengan produksi sekitar 3.000 meter per bulan. ''Batik tulis memang tidak dapat diproduksi secara besar- besaran, karena membutuhkan tenaga dan kehalusan cita rasa,'' katanya.

Pria kelahiran Blora, Jawa Tengah, 18 April 1935 ini dianggap berhasil mentransformasi selembar kain batik menjadi gaun indah yang tidak kalah dengan gaun gemerlap dari Barat. Padahal secara tradisional, kain batik hanya digunakan orang- orang pedalaman di daerah sebagai kain lilitan sehari-hari. Kepraktisan batik selayaknya cara berpakaian Barat perlahan tetapi pasti memang telah menggerus cara berbusana tradisional perempuan Jawa, dan Iwan berhasil memadukan keindahan batik dengan kepraktisan pakaian ala Barat.

Kepekaan seni dan pergaulannya yang luas dengan berbagai kalangan dari Timur dan Barat membuatnya mampu membawa batik menjadi busana yang diterima bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Tiga puluh tahun kemudian, pemahaman dan pengalamannya tentang batik yang semakin matang, untuk kedua kalinya ia tuangkan dalam bukunya Batik, A Play of Light and Shades di tahun 1996.

Dalam pejalanannya, Iwan terus mendokumentasikan motif batik tua, termasuk milik Puri Mangkunegaran, Solo, ke dalam data digital dan ke atas kertas dengan bantuan pengusaha Rachmat Gobel. Data tersebut menjadi pegangannya dalam mengembangkan motif baru yang terus dia kembangkan sesuai selera zaman dengan tetap mempertahankan ciri khasnya, yaitu antara lain warna yang cerah dan motif berukuran besar.

Kekuatan batik Jawa yang menjadi dasar batik nasional.

Saat pemberitaan banyaknya budaya Indonesia yang diakui negara lain memuncak, sempat membuat Irwan kecewa. Maka, saat Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono memintanya untuk ikut menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan batik sebagai ikon nasional, Iwan pun langsung memanfaatkan momen tersebut untuk mengutarakan keprihatinannya pada kondisi pendidikan, riset, dan kemampuan promosi Indonesia sebagai negeri batik. "Sekarang Malaysia ke mana-mana mengaku batik sebagai milik mereka. Itu karena kita tidak punya kemampuan public relations," kata penerima Anugerah Kebudayaan 2004 kategori individu peduli tradisi ini.

Dengan fasih Iwan menjelaskan di mana kekuatan batik Jawa yang menjadi dasar batik nasional, tidak bakal bisa ditiru negara lain. Pertama adalah adanya teknik yang pasti, yaitu penggunaan malam dan canting. Kedua, adanya pakem berupa ragam hias dengan dasar geometris dan nongeometris. Ketiga, jalinan erat dengan budaya lain dan ketidakterikatan dengan satu agama tertentu.

"Itu semua kekuatan batik Indonesia yang tidak dipunyai bangsa lain, tetapi untuk mengeluarkan potensi ini perlu pendidikan dan riset," kata Iwan kukuh.

Kini walau beliau telah tiada, kita sebagai penerus bangsa dapat mengambil pelajaran dari bentuk pengabdiannya pada budaya Indonesia yang telah terbukti menjadi jalan sukses Iwan Tirta. Tak hanya itu kesuksesan yang beliau dapatkan, beliau juga berhasil mengharumkan nama bangsa dengan berbagai rancangan batik karyanya. Iwan menjadi contoh bahwa hanya dengan tindakan nyata, kita bisa "bicara" di dunia internasional.



(Ditulis dari berbagai sumber)

 
  • Jumlah Pengunjung

    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
  • Traffic

  • The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku

  • Submit Express Inc.SEO Services & Tools