"Kelompok itu telah kehilangan dukungan jaringan dan pendanaan lokal." Dinas intelijen Australia menilai kelompok teroris Jemaah Islamiyah (JI) di Indonesia sudah tidak bisa berkutik. Kepemimpinan JI pun sudah dianggap tamat saat sebagian besar pemimpin mereka telah dibunuh, ditangkap, dikejar aparat, maupun sudah kehilangan dukungan.
Hal tersebut terungkap dalam laporan diplomatik Amerika Serikat (AS), yang dimuat di laman harian Australia, The Age, Rabu 15 Desember 2010. Surat kabar itu mengklaim mendapat bocoran memo dari WikiLeaks.
Dibuat pada Oktober 2008, memo itu memaparkan penilaian lembaga intelijen Australia, Office of National Assessments (ONA), mengenai sepak terjang JI. Kelompok yang disebut-sebut sebagai bagian dari jaringan al-Qaida itu disebut-sebut sudah "berantakan."
"Analisa ONA menilai bahwa 'situasi telah terbalik' terkait dengan Jemaah Islamiyah di Indonesia. Kepemimpinan kelompok tersebut telah hancur. Sebagian besar senior mereka telah dibunuh, ditangkap maupun dalam pencarian. Kelompok itu telah kehilangan dukungan jaringan dan pendanaan lokal," demikian laporan Kedubes AS di Canberra kepada Departemen Luar Negeri di Washington.
"ONA menilai bahwa JI telah mengalihkan tujuan jangka pendek ke unsur kepentingan lokal, anti kemaksiatan global/Barat, atau 'mengendap-endap dalam bayang-bayang' dan mencari cara untuk tetap bertahan," lanjut memo itu, yang dikutip The Age.
ONA juga menyatakan bahwa kesuksesan perang atas terorisme di Indonesia itu kontras dengan situasi di Filipina, yang dianggap menurun. Ini terkait dengan masih labilnya proses perdamaian di kawasan selatan Filipina. "Situasi itu bisa menjadi inkubator bagi para teroris di kawasan," tulis memo itu.
Menurut laporan Kedubes AS itu, para spesialis isu terorisme ONA mencatat sinyalemen dan intelijen personil bahwa 'unsur pokok' JI yang melebur dengan Fron Pembebasan Islam Moro [MILF] memikirkan kembali rencana untuk kembali ke Indonesia. "Sementara 'tenaga lepas' JI menjadi lebih aktif dan lebih berkomitmen dengan Kelompok Abu Sayyaf," demikian memo yang dikutip media Australia itu.
( Sumber : vivanews.com )